Momen lebaran pastinya menjadi ajang untuk silahturahmi, yang biasanya
jarang bertemu di momen ini Allah kumpulkan untuk saling maaf memaafkan. Tapi,
selain saling memaafkan tanpa kita sadar terkadang lidah kita kembali membuat
ulah dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin melukai hati sesama,
atau membahas sesuatu yang tidak ingin orang lain bahas. Seperti sebuah
tradisi, merangkum segala pertanyaan dengan awalan KAPAN.
Kapan lulus? Kapan kerja? Kapan nikah? Kapan punya anak? Dan kapan-kapan
lainnya. Saya sering sekali mendengar pertanyaan KAPAN, baik itu tertuju kepada
saya sendiri maupun kepada sesama. Agak aneh sih hati saya, ketika pertanyaan
KAPAN itu menyasar kepada diri saya, saya mungkin akan merasa risih sebentar
dan selebihnya saya akan dengan mudah melupakan. Berharap rasa risih itu tidak
berlanjut ke hati.
Nah yang membuat saya lebih risih adalah ketika pertanyaan KAPAN
tersebut diarahkan untuk orang-orang terdekat saya. Seperti ada yang menusuk
hati saya, apalagi jika pertanyaan KAPAN terlalu sering berulang. Risih sekaligus
kasihan, seperti tidak ada bahasan lain saja. Tapi ya susah ya, karena kita tak
bisa membungkam seenaknya mulut orang meski orang tersebut sebenarnya yang
bersikap seenaknya terhadap perasaan orang lain.
Pertanyaan KAPAN yang biasa terlontar untuk kita-kita yang masih jomblo
biasanya seputar kapan lulus, kapan kerja
atau kapan nikah. Naik tingkat dikit ketika kita sudah menikah pertanyaan
yang menurutku lumayan ekstrim adalah kapan
punya anak. Saya merasa lucu saja, karena sebenarnya pertanyaan tersebut
pada dasarnya tak perlu diajukan. Hey! Itu urusan Allah, bukan urusan para pemberi
tanya. Lagi pula siapa sih yang tak ingin punya anak setelah menikah?
Kita terbiasa untuk hidup penuh perbandingan, karena pertanyaan KAPAN
tersebut berasal dari mata yang membandingkan kelebihan duniawi satu sama lain.
Untuk ukuran jomblo yang telah lulus sekolah, pertanyaan pasti yakni kapan kerja dan kapan menikah. Nah
yang saya heran dari dua pertanyaa tersebut adalah yang pertama kapan kerja, saya bingung sebenarnya apa
sih makna kerja di setiap kepala kita? Pernah dengar cerita seseorang, dia
sebenarnya sudah bekerja sebagai kasir di sebuah toko swalayan, tapi yang lucu
setiap orang tuanya ditanya orang lain pasti Ibu atau Bapaknya akan menjawab ‘Belum
kerja’ dan disambung dengan jawaban lain yang mendukung suasana hati seorang
anak menjadi hancur lebur. Apakah makna KERJA itu setelah kita berhasil
mendapatkan pekerjaan di instansi pemerintahan saja kah? Entahlah, tapi yang
pasti apa yang sudah tertanam di pikiran masyarakat kita pekerjaan hanya akan
diakui sebagai pekerjaan apabila gaji yang didapat besar dan terikat oleh
instansi pemerintahan.
Lalu pertanyaan membingungkan lainnya adalah kapan nikah. Setelah bertanya perihal itu apakah orang yang kita
tanya kapan nikah melapangkan hatinya
untuk menerima pertanyaan absurd seperti itu? Bahkan tanpa kita sadari mungkin
saja terdapat garis codet tak terlihat lagi di hatinya. Kadang imajinasi
kata-kata saya berkembang, bagaimana bila mereka yang terlalu sering diberi
pertanyaan KAPAN tersebut bertanya balik kepada kita kapan nyusul ke alam kubur? Sebelum pertanyaan tersebut terlontar, bila kita bisa membaca apa yang hati orang lain katakana pasti akan segera
marah. Lalu bagaimana caranya agar pertanyaan KAPAN itu berimbang untuk kita
semua? Bila tak ingin ditebar garam di daerah luka, maka jangan menebar garam
pada luka orang lain.
Tapi susah, belum tentu orang lain dapat mengerti dan mau menerima
penjelasan sakit hati yang kita alami. Cara amannya adalah kita yang harus mendewasakan
perasaan. Bukan berarti kita tak berhak marah, tapi kita sangat berhak untuk
tenang setelah lisan mubazir orang lain mempertanyakan banyak hal yang
jawabannya sendiri hanya Allah yang tahu. Ada baiknya setelah bertanya banyak
hal tentang KAPAN, kita dapat memberikan solusi. Misal nanya kapan punya anak? Dengan kesadaran yang
penuh kita membantu menyediakan segumpal daging yang nantinya akan berubah
menjadi sosok seorang anak. Bagaimana? Adil bukan?
Berikut akan saya share bagaimana cara mendamaikan hati ketika
pertanyaan KAPAN tak berujung tersebut singgah di pendengaran kita, yakni:
Pertama,
Dengarkan namun jangan sampai pendengaran kita mencelakai hati kita. Bagaimana
caranya? Mudah, cukup dengarkan dan ada baiknya ubah pesan pendengaran tersebut
sebagai pemacu usaha dan kekayaan doa untuk kita. Alangkah sangat rugi bila
pesan KAPAN tersebut malah terkirim ke hati. Yang ada nantinya kita sakit
karena memikirkan omongan orang terus menurus. Karena sejatinya mata manusia itu hanya biasa menilai apapun berdasarkan
unsure duniawi saja. Sedangkan Tuhan melihat hambanya dengan sangat bijak,
yakni dengan melihat proses dan kesabaran dari sang hamba. Lalu apa lagi yang
perlu kita risaukan bila Tuhan ada dan selalu melihat kita dari sudut keadilan?
Kedua,
Bila dirasa terlalu sering pertanyaan KAPAN tersebut dan semakin lama
semakin membuat hati kalian menjadi sakit, ada baiknya kalian senyumin saja. Selanjutnya
tinggalkan ruangan tersebut, beralihlah ke luar dan hiruplah udara yang sedikit
segar. Terlalu lama atau bertahan lama di tempat tersebut hanya akan membuat
kalian semakin penat.
Ketiga,
Berwudhu untuk menghilangkan amarah yang mungkin tersimpan di hati. Selanjutnya
kalian bisa meneruskannya dengan amalan-amalan baik seperti banyak-banyak
berzikir, salat atau boleh juga mengisi waktu dengan cara membaca buku-buku
bermanfaat.
Semoga sedikit tips dari saya bisa mendewasakan perasaan kita terhadap
orang lain. Dan semoga kita semua dapat saling mengingatkan hal-hal baik
terutama hal baik atas apa yang akan disampaikan kepada saudar saudari kita,
karena perkara hati manusia sangatlah riskan untuk terlalu dipertanyakan
terlalu dalam.
Bila ada salah-salah kata yang sengaja dan tidak di sengaja dari saya
mohon dimaafkan dan mohon dikoreksi ya, Sahabat. J
Pertanyaan lain yang nyebelin juga..
ReplyDelete"Sekarang krja dimna?"
"Di rumah"
"Nggak kerja lagi..,?"
(Heloooo..mau momong anakku po....? Blm pernah ngrasain yaa...kerjaan rumah tangga itu hilang satu tumbuh seribu...)
*ha..ha, mlh curhat
"mau momong anakku po?" pasti jawabannya "ora" tapi mulut gak bisa direm ya mba buat nanya yang kurang mengenakan ke orang lain. Gpp, jd pelajaran buat kita biar gak seenaknya berucap. Haha, aku jg sedikit curhat itu Mba :-D
DeleteKAPAN Nikah? "pertanyaan paling horror bagi jomblo akut" hehe
ReplyDeleteHehe bener banget Mba, serem sekaligus memotivasi :-D
DeleteSetuju sama kak Sulis, pertanyaan berikutnya adalah : " kapan ngasih adik buat si kecil?" Haisssh
ReplyDeleteGak kelar-kelar ya Mba urusan pertanyaan "KAPAN" sebelum napas kita terhenti hehe
DeleteKapan oh kapaan 😂 aku sebel kalau uda mulai ditanya-tanyaain kapan gtu mbaak. Udah disenyumin ajaa ndak perlu diambil serius. 😂
ReplyDeleteIya Mba, aku pun sebel. Berasa gak ada pertanyaan lain aja hehe...
Deleteharus begitu memang, biar senyuman manis kita yg jadi jawaban #eeeh
Tapi jarang banget yah yang tanya kapan blognya update?
ReplyDeleteHehehehe... Siapa tahu dengan pertanyaan seperti saya bisa rajin menulis
Kayaknya kalo pertanyaan itu mah cocok buatku Mba hahaha...
DeleteHarusnya memang pertanyaan itu yang membangun dan menantang seperti ini :-D
"Kapan Nikah?", buat orang mungkin pertanyaan horor, tapi sekarang ini sih kalau ditanya gitu saya jawab "do'a in aja InsyaAllah secepatnya" habis tu ketawa bareng (padahal calonnya juga belum ada) 😂😂.
ReplyDeleteSetelah baca tulisannya mba septia saya jadi khawatir dan lebih memahami maksud tulisannya. sekarang sy umur 23 mungkin jawab pertanyaan kyk gitu msh bisa ketawa, tapi gtw nanti seandainya umur makin tua dan masih belum nikah (semoga enggak ya Allah) kalau pertanyaan kyk gitu terlontar bisa jadi sakit menusuk 🔪 ke hati 💔 menghujam jantung ya.. 😨😨
Semoga bisa terus saling berkunjung ya
Salam
Penikmat Nafas
iya Mas bisa sakit kalo dimasukin ke hati banget mah... makanya kudu disaring yg perlu-perlu aja masuk ke hati mah hehe
DeleteHehe betul mbak dengerin aja jangan terlalu dibawa baper ntar yang rugi kita sendiri kan yaa.. itu kerjaannya orang2 kepoo..
ReplyDeleteAtau jawab aja : kapan-kapan, kan nggak ada tenggatnya tuh :)
Hehe.. Salah komen...
DeleteBetul bangeet Mba, lagian jadinya kita rugi dua kali kalo terlalu masukin ke hati
pertanyaan ekstrim banget soal "kapan nikah?..
ReplyDeletenice post..
jgn tanya kapan ya..
hehehe
darumanihongo.blogspot.com
Tanya deh.. Jadi kapan Nikah Mba? Hehe
DeleteNah itu dia yang jarang manusia sadari bahwa pertanyaan Kapan membuat banyak orang bingung,, Kapan nikah.. beberapa tahun lagi ditanya kapan punya anak.. 10 tahun kemudian ditanya lagi kapan punya cucu dst.. gak ada habisnya ya mba.. yang penting kita menyikapi dengan sabar dan bijaksana..
ReplyDeleteBener banget Mba Vika, gak ada habisnya kalo kita ngikutin rasa sakit hati karena pertanyaan KAPAN, ada baiknya setelah kita tahu bahwa itu menyakitkan, kita jadi lebih pintar menata hati
Deletekapan menyusul ke alam kubur ,,
ReplyDeletepertanyaan terhoror melebihi "kapan nikah"???
Iya, mending ngumpet kalo udah ditanya gt hehe
Deletesaat ini saya berada di fase pertanyaan "Kapan punya anak? kok belum isi? Jangan ditunda-tunda"
ReplyDeleteHuaaaa,, Seadainya jawaban pertanyaan tsb bisa kita yg tentukan. hihihi..
Salam kenal mba Icha
Saya paham gimana rasanya ditanya seperti itu dan sulit untuk menjawab seenaknya hehe.
DeleteJawab aja, "nanti ngisinya kalo udah Allah isi."
Tp gpp, Semoga pertanyaan dari mereka menjadi doa bagi Mba untuk segera punya momongan, Aamiin ya Robb 😊👏
Salam kenal juga Mba Chan 😊