Hari ini adalah hari terakhir kita
berpuasa. Dua pertanyaan yang dirasa paling tepat dilontarkan kepada
masing-masing diri. Pertama, bagaimana perasaan kita saat Ramadhan benar-benar
pergi meninggalkan kita? Akankah ada rasa kehilangan? Atau malah merasa sangat
senang dengan berakhirnya bulan indah ini?
Adakah di antara kita yang memaknai
bulan Ramadhan sebagai bulan penyiksa perut dan kerongkongan? Apa cirinya? Cirinya
adalah puasa kita masih ada yang bolong-bolong bukan karena alasan yang diperbolehkan
agama untuk membatalkannya.
Lalu di mana letak perasaan bersalah
kita? Ditinggal oleh bulan Ramadhan mungkin saja sujud syukur lebih banyak
dilakukan. Bukan, bukan karena saya pribadi telah sempurna ibadahnya, namun ada
rasa risih sekaligus miris bila seorang yang katanya dewasa tetapi untuk
sekedar mehan lapar dan haus pun seperti diberi ujian terberat di dalam hidup. Memangnya
ada? Ada, menulis tanpa mendapatkan data atau bicara fakta rasanya kurang baik.
Benar bila dikatakan bahwa jika kita
bergaul dengan penjual minyak wangi maka akan tertular wanginya meskipun
sedikit, begitupun sebaliknya bila kita terlalu saling memaklumi aau bahkan
terlibat dalam pergaulan kelompok pembuat besi, maka mau tidak mau aroma tubuh
kita akan sama seperti mereka.
Artinya, bila ingin baik maka usahakan
koneksi pergaulan kita baik. Sama halnya dengan puasa Ramadhan, tak jarang orang
dewasa malah terlalu sering mengeluh saat diri menahan lapar dan dahaga,
bagaimana dirinya disuruh untuk menahan emosi kalau hal mudah saja tidak mampu
dikerjakan. Apa yang pantas untuk dibanggakan dengan status dewasa kita? Jabatan,
pekerjaan dan segala macam rizki yang Allah berikan rasanya tak berimbang
sedikitpun dengan ikhlasnya kita menjalankan segala kewajiban sebagai hamba-Nya.
Pertanyaan kedua adalah apakah ibadah
kita selama bulan Ramadhan ini telah baik? Baik dalam artian apakah ngaji kita
menjadi lebih banyak ayat yang dibaca? Kenapa ayat? Karena sudah mampu membaca
satudua ayat Al-Quran di zaman yang serba sibuk ini pun sudah bagus. Sibuk yang
mungkin lebih banyak dibuat-buat. Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang
yang beruntung menjemput segala pahala berlimpah di bulan ini.
Mungkin kita akan merasa benar-benar
kehilangan waktu-waktu berharga kita di bulan Ramadhan ketika umur kita
berakhir sebelum bula suci ini datang kembali di tahun-tahun berikutnya. Bukankah
nasihat terbaik dan tertelak adalah kematian? Lantas haruskah kita merasakan
kematian terlebih dahulu? Kalau saya dengan tegas mengatakan tidak, saya ingin
nasihat terbaik saya adalah Al-Quran sepanjang hidup.
Bila kita mau sedikit berpikir, berapa
banyak saudara saudari kita yang Allah panggil sebelum datangnya bulan Ramadhan
tahun ini, atau ada juga yang umurnya sampai di bulan Ramadhan, namun sebelum
bulan ini berakhir Allah katakana BERHENTI. Bagaimana bila seruan untuk
berhenti tersebut datang pada kita? Sudahkah kita siap? Semoga bila waktunya
telah tiba, Allah siapkan segala bekal kita untuk di akhirat kelak. Aamiin ya
Robb.
Yuk sama-sama saling mendoakan untuk
kebaikan hati dan ibadah kita di sisa waktu yang Allah berikan. Minal aidin
walfadzin, mohon maaf lahir dan batin.
Rindduu ramadhaaan mbaak jadinya. . Hmmm cepet banget ramadahan berlaluu 😥
ReplyDeleteYang indah emang selalu berasa cepat Mba. Semoga kita dikasih kesempatan lagi buat beribadah di bulan ramadhan selanjutnya, aamiin ya Robb..
DeleteSaya merasa belum maksimal ibadahnya di Ramadhan kemarin mbak, masih banyak yang belum dikerjakan dengan baik.
ReplyDeleteKita hanya bisa berdoa semoga Allah masih memberi kesempatan kita untuk bertemu Ramadhan lagi tahun depan yaa, aamiin.. aamiin..
Iyaa Mba, saya jg merasa bgt.. Tp ada baiknya kita merasa seperti itu, jadinya kita gak mudah puas buat terus ibadah dan gak sombong..
DeleteAamiin ya Robb, semoga masih ada waktu ya Mba