Sunday, September 2, 2018

, , ,

Sanitasi Aman Penentu Kesehatan: TPA Bakung Bandar Lampung Butuh Bantuan



Tulisan ini aku buat karena temanya unik dan jarang banget orang mengangkatnya menjadi pembicaraan yang hangat, padahal bahasannya sangat penting buat kesehatan dan tentunya kelangsungan hidup manusia. Memang tentang apa sih sampai sebegitu pentingnya? Tentang Sanitasi aman yang merupakan tanggung jawab kita semua. Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. (Sumber: Wikipedia)

Pembukaan dan perkenalan peserta workshop sanitasi bareng AJI Bandar Lampung

Selfie bareng beberapa peserta Workshop Sanitasi aman (Sumber gambar: Latifah)
Beberapa hari yang lalu aku diberi kesempatan buat ngobrol yang agak serius bersama AJI Bandar Lampung, Stichting Nederlandse Vrijwilligers (SNV) dan Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tentang sanitasi aman. Pesertanya dari kalangan jurnalis baik itu jurnalis media (wartawan) ataupun jurnalis warga (Blogger). Dimulai dari pertanyaan Pak Agus Setyo selaku Kepala Kesling Dinas Kesehatan Provinsi Lampung yang mengawali obrolan kami, “Kenapa sih kita jarang mengangkat tulisan tentang sanitasi? Padahal sanitasi itu ibaratnya makanan sehari-hari. Apa mungkin tema ini kurang seksi? Atau tema-tema yang menjual kesedihanlah yang laku dipasaran?” Terus aku merenung, benar juga kalau dikatakan sedikit yang membahas tentang sanitasi. Di dunia Blogger sepertiku pun kuperhatikan sedikit sekali yang menulis tentang sanitasi, apalagi sampai terjun langsung ke lapangan melihat kondisi lingkungan yang tercemar misalanya.

Pak Agus Setyo selaku Kepala Kesling Dinkes Lampung
Oke, pertanyaan tersebut merupakan awalan yang menarik untuk diperbincangkan. Indonesia bisa dikatakan darurat untuk urusan kebersihan air dan juga sistem sanitasi yang akhirnya merambat ke berbagai hal. Setelah mengikuti workshop dan field trip kemarin, aku kembali disadarkan bahwa banyak hal yang akan terganggu jika sistem sanitasi di lingkungan kita tak aman. Contoh-contoh sederhananya adalah toilet-toilet di sekolahan, tak terkecuali sekolahku dulu yang masih terbilang sangat minim kebersihan. Sepertinya yang penting punya WC saja sudah dirasa sangat beruntung, padahal sumber kesehatan dan produktifitas belajar siswa dipengaruhi oleh sanitasi yang baik.

Dampak dari sanitasi yang buruk di lingkungan sekolah pun aku rasakan. Mulai dari males buang air kecil dan buang air besar di sekolah, diare, sampai pada risih atau merasa risau saat menstruasi dan harus ganti di sekolah. Kalau misal ditahan untuk tidak ke kamar mandi dan menuntaskannya di rumah pun rasanya gak karuan, konsentrasi belajar pun buyar. Sanitasi buruk pun tak jarang menyebabkan Stunting yakni masalah kekurang gizi kronis yang terjadi dalam waktu yang lama dan penderita biasanya tinggi badannya lebih rendah dari standar usianya, Stunting terjadi sejak janin masih dalam kandungan dan baru terdeteksi saat anak berusia dua tahun. Lagi dan lagi sanitasi menjadi dasar terwujudnya SDM yang berkualitas untuk kemajuan bangsa.

Fakta sanitasi yang jarang sekali kita bahas. (Sumber data: Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 20017 & Bappenas, 2010)
Masalah sanitasi pun akhirnya meluas ke ranah isu gender, opini ini ditambahkan langsung oleh Mba Eni Muslihah selaku panitia pelaksana. Beliau katakana bahwa sanitasi yang buruk dapat mempersulit kaum wanita khususnya para ibu yang sedang hamil atau baru melahirkan. Contoh ceritanya adalah, ada seorang Ibu yang sedang hamil dan ketika dia ke kamar mandi tiba-tiba lantai kamar mandinya amblas. Ternyata di bawah kamar mandinya tersebut adalah sekaligus lubang septic tank dan ubin/pondasinya tak kuat menampung beban pijakan. Bisa dibayangkan apa yang terjadi pada si Ibu, otomatis belumuran kotoran dan yang yang lebih mirisnya lagi si Ibu akhirnya melahirkan lebih cepat sebelum waktunya. Nah ini fakta-fakta di lapangan yang nyata tentang sanitasi namun tak banyak yang mengangkatnya menjadi sebuah artikel penting.


Bu Eni Muslihah selaku panitia pelaksana
Di sambung oleh Pembicara lain yakni Pak Bambang Pujiatmoko dari SNV yang membahas tentang hubungan sanitasi dan pencapaian SDGs. Oleh sebab itu sanitasi aman merupakan serangkaian tujuan besar yang sedang Indonesia usahakan demi terwujudnya SDGs (Sustainable Development Goals) yang merupakan bentuk pembangunan bersama berbagai elemen kesejahteraan masyarakat sampai tahun 2030 yang disepakati oleh PBB. Artinya cakupannya besar yakni cita-cita pembangunan seluruh negara.

Tujuan SDGs tentang sanitasi air yang merupakan tujuan bersama anggota PBB


Bahkan sanitasi yang buruk sangat berdampak pada dunia pendidikan, kata Pak Bambang.
Dari tadi bahas sanitasi aman tapi belum dijelaskan bagaimana sih sanitasi aman itu? Selow, aku kasih waktu lima detik dari sekarang buat ambil napas dan relaks. Gimana? Masih belum pegal kan baca tulisanku tentang sanitasi kali ini? Hehehe. Jadi gini, sanitasi yang aman itu terbagi menjadi lima komponen utama yaitu:

1.    Jamban

Bisa dipastikan ya di rumah teman-teman ada jamban, hayo ngacung yang di rumahnya belum ada jamban atau masih menumpang di tempat lain? Aku doakan semoga bisa segera punya tempat pembuangan sendiri. Nah selanjutnya pastikan bahwa jamban kalian dilengkapi pijakan dan leher angsa dan  ditempatkan di tempat yang tertutup yang bersih dan nyaman.

2.    Septic Tank/ tempat penampungan tinja

Nah ini pun gak kalah penting, Tanki septik hurus, kudu dan wajib kedap seluruhnya baik itu bagian dasarnya, bagian dindin, maupun samping. Tak lupa juga harus berstandar SNI. Kemudian antara septic tank dan sumber air harus harus berjarak sepuluh meter, menghindari tercemarnya air bersih dari cairan tinja. Pastikan juga septik tank mempunyai struktuk pembangunan yang benar.


Septik tank yang baik seharusnya terdapat skam di bagian atasnya.
3.    Penyedotan

Pastikan kalian rajin menyedot septik tank dalam tiga tahun sekali supaya tidak membuatnya terlalu penuh dan akhirnya malah kotoran tersebut naik ke permukaan lalu menimbulkan penyakit. Oh ya, yang disedot itu bagian endapan atau lumpur tinjanya.

4.    Pengolahan lumpur tinja

Jadi nanti itu saat septik tank disedot, yang bakal diamabil adalah lumpur tinjanya. Nantinya lumpur tinja tersebut diangkut secara aman ke IPLT (Instalasi Pengolaha Lumpur Tinja) dan diolah secara aman sebelum akhirnya digunakan kembali.

Aneka limbah diangkut ke TPA/IPLT Bakung, Bandar Lampung
5.    Pembuangan dan pemanfaat kembali

Buangan air olahan lumpur tinja tersebut nantinya dites apakah sudah memenuhi standar baku mutu lingkungann, baru kemudian lumpur tinja tersebut dimanfaatkan kembali sesuai keperluan, contohnya untuk dibuat pupuk.

Pembuangan lumpur tinja yang nantinya akan menjadi pupuk alami

Jadi apakah sanatasi di rumah kita sudah aman? Aku bersyukur banget bisa ikut workshop ini, karena ternyata banyak ilmu-ilmu tentang sanitasi yang belum kuketahui. Seperti jarak septic tank yang wajib 10 meter dari sumber air, terus lapisan septic tank yang ada bagian sekamnya, sampai pada apalikasi keren yang dibuat oleh Kemenkes dan Senetarian tentang desa atau wilayah mana saja yang sudah ODF (Open Defecation Free) dan wilayah mana saja yang masih OD atau masih buang air besar sembarangan. Nama aplikasi keren tersebut yakni STBM SMART, kalian bisa mendownloadnya di Google Play.




















Tak hanya urusan sanitasi berupa limbah pembuangan, kami pun dibekali ilmu tentang air galon isi ulang yang baik. Iya, kalian tahu kan depot isi ulang air mineral yang sering kita kunjungi untuk isi ulang air. Ternyata masih teramat banyak loh depot isi ulang air galon yang gak memenuhi standar Kemenkes atau pun BPOM. Otomatis bisa sangat membahayakan kesehatan masyarakat.

Proses pencucian dan pengisian ulang di di depot air mineral isi ulang.
Ada tiga hal yang kutangkap yang selama ini mungkin keliru di masyarakat tentang depot air isi ulang yakni:

1.      Sinar UV yang  terdapat di depot air dipastikan harus selalu menyala serta warnanya biru dan tidak diganti dengan neon untuk mengelabui konsumen.

2.      Patikan saat pembersihan atau pembilasan galon, lobang tutup galon menghadap ke bawah dan bukan yang menyamping.

3.      Seharusnya galon yang sudah diisi ulang airnya tidak dijejer-jejer seperti yang sering kita lihat di warung di sekitar rumah kita. Ya, air isi ulang baiknya langsung dipakai dan bukan disimpan lama-lama karena dapat menyebabkan terkontaminasinya air dengan bakteri.

Demikian ilmu tentang depot air minum yang sempat terekam oleh memori otakku, jika kalian ada yang mau didiskusikan lebih lanjut mengenai sanitasi atau tentang depot air mineral yang sehat itu seperti apa, biar lebih jelasnya kalian bisa hubungi nomor-nomor di bawah ini.

Nomor yang bisa dihubungi untuk diskusi tentang sanitasi atau soal depot air galon yang baik
Selesai pembekalan tentang sanitasi di hari pertama, hari selanjutnya kami langsung turun ke lapangan atau melaksanakan field trip. Nah di sini mataku semakin terbuka tentang kebersihan. Jujur, sebagai seorang Blogger baru kali ini aku diajak kunjungan ke tempat yang menurutku lumayan horror dari segi kebersihan. Biasanya, sih kalau diajak trip itu ke tempat-tempat wisata, yang pastinya semua serba enak dan bersih.

Bersyukur banget sih karena kemarin akhirnya turun ke lapangan dan membuatku malah semakin melow tentang makna syukur. Gimana engga, penglihatanku disuguhkan dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bakung yang sekaligus berfungsi sebagai IPLT-nya Bandar Lampung. Iya, tempat pembuangan aneka sampah dan lumpur tinjanya manusia di Bandar Lampung.

TPA dan IPLT Bakung Bandar Lampung

Kami tiba di TPA/IPLT Bakung
Dari 25 peserta terpilih di workshop sanitasi tersebut kami dibagi beberapa kelompok untuk melakukan field trip. Aku sekelompok dengan Mba Sulis (Wartawan Tribun), Mba Maya (Wartawan Lampung Pro) dan Mba Ning (Blogger). Kami berempat berangkat ke TPA Bakung Bandar Lampung. Selama perjalanan aku merasa santai saja, sampai pada kira-kira jarak dua kilometer dari TPA Bakung hidungku mulai terusik dengan bau sampah yang menyengat. Ampun dah, jarak masih jauh saja udah semenyiksa ini baunya. Bagaimana dengan masyarakat yang hidup dekat dengan TPA tersebut? Apa gak sangat beruntung hidupku karena rumah terbebas dari aneka bau yang tak sedap? Kadang di situlah aku tersadar untuk kembali bersyukur.

Bau sampah dan Limbah tinja tetap tercium meski kami sudah menggunakan masker

Belum ada sejam kami di sini sudah mulai merasa mual dan pusing menghirup aroma busuk
Sebenarnya kalau lokasi ini bukanlah TPA atau tempat pembuangan akhir, aku rasa lingkungannya masih cukup asri. Karena selama perjalanan yang kutemukan hamparan hijau sisa hutan di kota Bandar Lmpung. Misal jadi tempat wisata, aku rasa banyak orang yang akan main ke sini, karena masuk daerah perbukitan dan kalau bukan tempat sampah pasti udaranya masih sejuk.

TPA Bakung masih di daerah perbukitan yang cukup hijau, namun sayang hanya aroma busuk yang melekat di ingatan
Makin mendekati gapura yang bertuliskan TPA Bakung, makin hilang imajinasiku untuk menjadikan tempat ini sebagai tempat wisata. Boro-boro menghirup udara segar, aku gak muntah pun udah syukur berada di tempat ini.  Meski begitu aku sangat antusias untuk membuat tulisan tentang sanitasi di kota tempatku tinggal ini. Maka dari itu sangat dibutuhkan data dan foto langsung di lapangan. Hitung-hitung merasakan kerja lapangan ala wartawan lah ya, iya dong jadi Blogger itu kan harus excited tentang apapun selama hasil tulisannya bermanfaat buat pembaca.

Turun langsung ke lapangan saat hendak membuat tulisan tentang sanitasi
Sesampainya di TPA Bakung kami langsung ngobrol santai dengan salah satu petugas kebersihan di tempat pembuangan akhir tersebut. Beliau mengatakan kalau mobil tinja yang masuk dalam sehari ada sekitar 30 mobil, sedangkan untuk yang mengangkut sampah ada sekitar 100 truk sehari. Itu baru mobil tinja, belum truk-truk sampah yang kalau kuhitung-hitung tiap dua sampai tiga menit sekali masuk ke wilayah TPA Bakung. Kebayang ya sebanyak apa sampah yang diproduksi manusia khusus daerah Bandar Lampung saja.

Pak Setiyawan sebagai  petugas penting dan penanggung jawab TPA Bakung 
Tak puas mengobrol dengan satu petugas yang ada di sana, kami pun langsung mendatangi seorang atasan yang selalu siaga berada di kolam penampugan tinja. Tempatnya agak menanjak, jalannya becek karena tumpahan dari limbah tinja, serta pemandangan warna-warni gunung sampahnya Bandar Lampung. Aku hampir menyerah, luar biasa bikin bulu kuduk berdiri bukan karena melihat hantu tapi karena lingkungan yang sangat kotor.

Obrolan dengan Pak Setiyawan terus berlanjut karena kami masih sangat penasaran dengan proses pengolahan limbah tinja
Dari hasil wawancara kami mengetahui bahwa gak sampai seperempat luas wilayah TPA Bakung ini yang dijadikan sebagai tempat penampungan tinja. Karena bisa kita lihat dari foto bahwa sampah selain tinja manusia saja sudah sangat menggunung dan kekurangan tempat penampungan. Jadi yang dipakai untuk IPLT (Instalasi Pengolahan Limbah Tinja) hanya 2010 meter persegi. Dan yang bikin mikirnya lagi ternyata cuma ada satu IPLT yang aktif di wilayah Bandar Lampung, yakni di TPA Bakung ini. Selebihnya hanya kolam-kolam penampungan tinja kecil sementara yang sering disebut Ipal Komunal. Kira-kira ada 24 Ipal Komunal yang tersebar di perumahan yang ada di Bandar Lampung.

Sampah di TPA Bakung sudah menggunung dan pengelola meminta bantuan pemerintah untuk penambahan area penampungan sampah dan lain-lain
Untuk proses pengolahan tinja di IPLT TPA Bakung ini mengalami lima tahapan yaitu mobil tinja masuk ke dumping area, selanjutnya tinja tadi dialirkan ke kolam SSC (Solid Separation Chamber) atau kolam pemisahan lumpur tinja dan airnya. Setelah dari kolam SSC, dialirkan lagi kolam fakultatif yakni kolam yang berfungsi mengurangi kadar bahan organik yang ada di dalam limbah. Lalu terakhir masuk ke kolam maturasi yang salah satu fungsinya adalah sebagai penghilang mikroba patogen dari limbah. Semua proses pengolahan tinja tersebut sebenarnya hanya dibutuhkan satu hari sampai pada tahap akhir yakni lumpur tinja yang seperti tanah dan bisa dijadikan pupuk.

Lumpur tinja yang sedang disaring
Gak kebayang ya bagaimana kolam penampngan tinja di TPA Bakung ini yang pastinya sudah over kapasitas kalau pas hujan. Ya TPA Bakung pun sudah sering mendapat keluhan dari warga mengenai air limbah sampah maupun tinja yang akhirnya turun ke rumah-rumah penduduk atau tercampur dengan sumber air bersih warga. Baunya yang busuk dan sangat mengancam kesehatan warga adalah PR bagi setiap kalangan. Aku semakin sadar bahwa kebersihan itu bukan hanya tanggung jawab petugas kebersihan, tetapi juga tugas setiap warga negara.

Diharapkan kedepannya pemerintah daerah khususnya, lebih menseriuskan tentang masalah sanitasi yang ada di TPA Bakung ini. Misal penambahan area penampungan sampah sampai ditambahnya kapasitas penampungan lumpur tinja dan sebagainya.


Di wilayah TPA Bakung ini ada sekitar dua ratus pemulung yang tinggal dan sekaligus mencari nafkah dari tumpukan sampah yang menggunung. Lagi dan lagi ada yang membuat kami miris adalah saat anak-anak pemulung yang asik bermain di kolam air tinja. Bukankah itu sangat berbahaya bagi kesehatan mereka? Dari pihak pengelolah TPA Bakung sendiri sebenarnya sudah diberi peringatan agar tidak bermain-main di area kolam tinja, tapi tetap saja karena mungkin sudah menjadi hal yang biasa, jadilah anak-anak tersebut menjadikan kolam penampungan tinja tersebut sebagai lapangan bermain.

Anak-anak bermain di kolam penampungan dan penyaringan limbah tinja di IPLT Bakung (Sumber foto: Mba Sulis)
Aku benar-benar menyerah setelah kurang lebih tiga puluh menit berada di tempat kolam penampungan tinja, dan akhirnya aku memutuskan untuk turun dan menjauh dari aroma-aroma bau busuk tersebut. Salut dengan para petugas kebersihan dan warga di sekitar TPA Bakung ini, mereka masih bisa makan dengan aroma udara sekitar yang sangat berbau busuk. Bahkan Mba Sulis pun tak mau ketinggalan mengambil foto saat keluarga pemulung di lingkungan TPA Bakung makan bersama. Subhanallah, mungkin hidung mereka sudah lupa bagaimana aroma ayam goreng, sambal terasi, pete, sate dan sebagainya karena yang tercium oleh indra penciumanku hanya bau sampah yang menyengat.

Warga/para pemulung makan bersama dengan kondisi sekitar yang sangat kumuh (Sumber foto: Mba Sulis)
Aku yakin banget, sistem sanitasi dari rumah-rumah kumuh para pemulung ini sangat buruk. Ya Robb, lalu bagaimana dengan kondisi kesehatan mereka dan warga di sekitar TPA Bakung ini. Serius deh, aku banyak banget bersyukur dan belajar tentang kebersihan dan tentunya tentang kehidupan. Makasih banyak loh buat AJI Bandar Lampung yang udah ajak aku melihat realita kebidupan tempat-tempat kumuh meski masih di wilayah Bandar Lampung.

Aku gak tahu mau cerita apalagi, yang pasti dengan mengikuti serangkaian workshop sanitasi  ini aku semakin mencintai kebersiham, kesehatan dan rasa syukur. Ya, semua indraku dalam workshop ini gak cuma dimanjakan dengan makanan enak atau fasilitas baik yang biasanya kami kunjungi dan dapati dari acara Blogger, tapi juga diwajibkan untuk melihat kenyataan bahwa kehidupan itu gak selamanya ada di tempat enak, tapi juga ada orang-orang yang sangat berjasa di bidang kebersihan sehingga mumbuat hidup kita nyaman dan tentunya enak dengan kebersihan kota Bandar Lampung yang tercinta ini.

Makan enak saat pembekalan sebelum akhirnya hilang selera makan setelah pulang dari field trip, hehe.

Selfie sebelum pulang dari TPA Bakung
Kalau kalian pernah gak berkunjung ke TPA atau IPLT di kota masing-masing? Atau ada yang mau share pengalaman tentang sanitasi? Boleh banget kalian tinggalkan cerita di kolom komentar di postingan ini, siapa tahu bermanfaat buat yang lain. Salam Sanitasi, Salam Hidup Sehat!

Oh iya, tonton juga ya vlog sederhanaku selama workshop sanitasi kemarin berlangsung:




15 comments:

  1. Warga di sekitar TPA sudah familiar dengan tumpukan sampah. Sementara saya kalau lewat di truk-truk TPA rasanya mual. Nggak kebayang mereka masih bisa makan dan minum dengan damai.

    ReplyDelete
  2. Waduh, gak kebayang aku kalo ikutan ke sana. Hehe. Apalagi membayangkan mereka mereka yang tinggal di lingkungan sana. Semoga segera mendapatkan solusi dan banyak pihak yang peduli ya mbak

    ReplyDelete
  3. dapat keesempatan berkunjung kesasna itu udah luar biasa apalagi ke sana untuk membantu dan memberikan solusi kebaikan demi kemajuan dan kebersihan serta keseharan lingkungan ... keren banget mbak,. semoga sumber daya alam bisa difungsikan secara merata ke seluruh daerah pelosok ya

    ReplyDelete
  4. Fenomena yg sebetulnya tidak asing disekitar kita. Sampah menumpuk dimana-mana. Semoga dari kita semakin sadar dgn kebersihan lingkungan..

    ReplyDelete
  5. keren nih mengangkat tema tema kayak gini.. bisa nambah info dan pengetahuan yg kadang orang banyak yg gatau padahal penting.
    duh ga kebayang masyarakat yg sehari harinya bergelut di TPA.
    semoga juga masyarakat makin paham akan pentingnya menjaga lingkungan ya

    ReplyDelete
  6. Suh, fakta sanitasi di Indonesia bikin sedih, ya. Apalagi di daerah yang deket TPA. Semoga banyak mendapat perhatian deh. Biar kualitas kehidupan masyarakat di sekitarnya meningkat.

    ReplyDelete
  7. Perbaikan sanitasi harus dilakukan dengan rutin dan bekerja sama, karena dampak buruknya sangat tidak baik untuk kesehatan.

    ReplyDelete
  8. Beruntungnya.. bisa mendapatkan ilmu tentang sanitasi dan air secara langsung dengan para ahli ya mba.. memang masalah sanitasi ini penting banget untuk keberlangsungan hidup kita ya ka

    ReplyDelete
  9. Wuhuhuhuu ya ampuunn, ngga kebayang. Sanitasi padahal penting banget, tapi kenapa banyak yang belum paham hikss

    ReplyDelete
  10. Inget betul, zaman kecil, ada MCK semacam kamar mandi umum bersama gitu, dan karena memang umum, masaah sanitasi kurang terperhatikan, semoga semakin lebih baik lagi ya

    ReplyDelete
  11. Jadi catatan ini untuk melakulan penyedotan 3 tahun sekali. Jadi inget rumah sendiri yang belum pernah disedot..aduh..

    ReplyDelete
  12. aku kok malah jadi pengen kesana ya, walau ngebayangin pasti dari sana mau mandi kembang tuju rupa whehe.

    yang pasti semoga peemerintah menemukan cara dan terus evalusi gimana pengelolaan sampah yang baik dengan menengok negara/daerah lain yang udah berhasil menangani ini. aamin

    ReplyDelete
  13. Begitu pentingnya sanitasi dalam kehidupan sehari-hari. Betul juga, literasi terkait sanitasi kurang dewasa ini, penting bagi semua blogger untuk mensosialisasikan pentingnya sanitasi.

    ReplyDelete
  14. Wah itu sampah udah kayak pemukiman juga ya. Luas banget. Belum ada solusi TPA dimana2. Bengkulu juga

    ReplyDelete
  15. Penanganan sampah memang sepertinya belum menjadi prioritas oleh pemerintah ya..
    cara memperbaiki radiator mobil bocor

    ReplyDelete

Silahkan tinggalkan jejak, Teman. Gunakan bahasa yang baik agar silahturahmi dan diskusi kita menyenangkan. Saya pun akan berkunjung balik ke Blog kalian. Tolong untuk tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar. Terima Kasih :-)

Untuk kerja sama berupa content placement, review produk dan lain-lain bisa email ke septiakhoirunnisa24@gmail.com