Saturday, October 26, 2019

, ,

Bersama Dompet Dhuafa Wujudkan Insan Pecinta Wakaf Sejati



Ada satu tradisi di keluargaku yang Alhamdulillah sampai sekarang masih berlanjut. Yups namanya tradisi sadar wakaf, dimana secara turun temurun harta warisan orang tua yang tadinya diberikan kepada setiap anak, dengan tanpa paksaan dan ikhlas Lillahita’ala anak-anaknya mewakafkan sebagian besar harta warisan tersebut untuk orang tuanya. Meskipun sebenarnya para orang tua sudah menyiapkan amalan jariyah tersebut sebelum secara merata membagikan harta warisan kepada anak-anaknya.

Aku sebagai cicit awalnya bingung ini kok dibagi harta warisan bukannya ribut dan ribet pengen paling banyak, malah kumpul buat bahas mau diwakafkan dalam bentuk apa nih harta warisan nantinya. Sampai akhirnya kuberanikan bertanya dan jawaban salah satu Bibiku membuatku mikir dan merasa bersyukur. “Harta warisan mah kalo dibagi buat kepentingan duniawi pasti abisnya, malah gak jarang pada berantem berebut harta orang tua. Jadi ya mending kaya gini, toh itu juga harta dari orang tua, anak-anaknya udah lebih dari cukup dibesarin, dididik dan disekolahin sampai jenjang tinggi. Alhamdulillah, bahkan diantar sampai menjemput kesuksesan dalam hidup. Biar orang tua kita nantinya makin banyak pahala jariyahnya yang menemani mereka di alam kubur. Insyaallah.”

Dulu kupikir wakaf itu terbatas hanya pada tanah untuk pemakaman, rumah ibadah ataupun sekolahan.  Tapi Alhamdulillah setelah mengikuti kegiatan kemarin aku mulai faham bahwa wakaf memiliki makna yang lebih kaffa yakni dapat berupa segala pelayanan kemanusian yang paripurna. Mulai dari wakaf air bersih, wakaf untuk pembangunan rumah sakit, wakaf untuk warga Palestina,wakaf Al-Quran, bahkan sampai ke hal yang paling sederhananya adalah wakaf menanam pohon untuk anak cucu bangsa ini.

Bersamaan dengan rasa penasaranku mengenai wakaf, Alhamdulillah tanggal 23 Oktober kemarin aku dan teman-teman Blogger lainnya diajak Dompet Dhuafa untuk mengunjungi salah satu rumah sakit Di Lampung Timur yang merupakan wujud nyata dari wakaf yang terkumpul dari masyarakat Indonesia melalui Dompet Dhuafa.

Oh ya Dompet Dhuafa telah membangun cukup banyak rumah sakit yang berbasis dhuafa, diantaranya:


Sebelum lebih jauh aku bercerita tentang kegiatan di  Rumah Sakit AKA Sribhawono , kita kenalan dulu yuk dengan Dompet Dhuafa. Dompet Dhuafa adalah lembaga filantropi Islam yang bersumber dari dana zakat, infak, sedekah dan wakaf (ZISWAF), serta dana halal lainnya. Dompet Dhuafa mempunyai banyak program kemanusia di segala bidang mulai dari bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan dan masih banyak lagi.
Jadi saat kemarin ke Rumah Sakit AKA Sribhawono, Dompet Dhuafa mengajak kami untuk semakin melek wakaf dengan segala kebermanfaatan yang telah ada. Setiap sudut rumah sakit ini menggambarkan banyak harapan baik para pasien yang akhirnya terwujud dengan gerakan kemanusian ini. Yups wakaf tidak hanya bersumber dari wakaf sosial alias wakaf aset tak bergerak namun kami diperkenalkan pula dengan konsep wakaf produktif berupa uang yang nantinya disalurkan untuk pembuatan rumah sakit, sekolah dan prasarana lainnya yang berguna buat umat.
Pemanfaatan Wakaf Produktif terdiri dari empat pilar, yakni:


Bayangin deh, bahkan di Dompet Dhuafa ini kita bisa wakaf seharga sepuluh ribu. Wakaf yang sangat mudah diikuti oleh para milenial negeri ini. Dompet Dhuafa selaku media penggerak wakaf produktif memang sengaja menjangkau kaum milenial karena ternyata penggiat media sosial yang paling banyak adalah anak-anak milenial. Itu artinya literasi wakaf bisa tersebar ke seluruh pelosok dan bisa mensukseskan program Wake Up Wakaf sejuta wakif.
Dengan melirik kaum milenial dan pemanfaatan teknologi, potensi transaksi donasi digital naik drastis dari 2400 pada September 2018 menjadi 8600 pada September 2019. Bayangin, meski yang didonasikan sepuluh ribu tapi cakupannya lebih banyak maka transaksi donasi di tahun ini lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya. Tujuan lain Dompet Dhuafa merangkul kaum milenial adalah agar masyarakat Indonesia sejak dini sadar wakaf dan nanti ketika mereka berada di usia produktif dalam segi ekonomi, maka kaum milenial ini tidak ragu atau banyak mikir untuk mewakafkan sebagian hartanya.
Dalam diskusi kami di ruang rapat Rumah Sakit AKA Sribhawono Dompet Dhuafa kemarin, hadir Bapak Bobby P Manulang selaku General Manager Wakaf Dompet Dhuafa, Bapak Agus Tiono selaku Manajer Umum RS AKA Sribhawono, Bapak Abdul Azis sebagai penerima manfaat wakaf dan beberapa dokter serta perawat rumah sakit tersebut.
“Wakaf masih dipandang sebagai ibadahnya orang kaya, malu bila berwakaf dengan nominal kecil, wakaf itu bukan ibadah wajib dan alasan-alasan lain yang membuat wakaf semakin jauh dari jangkauan masyarakat. Mari kita sama-sama mengubah pola pikir tersebut melalui gerakan Wake Up Wakaf.” Sambut Pak Bobby P Manulang.

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan jejak, Teman. Gunakan bahasa yang baik agar silahturahmi dan diskusi kita menyenangkan. Saya pun akan berkunjung balik ke Blog kalian. Tolong untuk tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar. Terima Kasih :-)

Untuk kerja sama berupa content placement, review produk dan lain-lain bisa email ke septiakhoirunnisa24@gmail.com