Ada satu tradisi di
keluargaku yang Alhamdulillah sampai sekarang masih berlanjut. Yups namanya
tradisi sadar wakaf, dimana secara turun temurun harta warisan orang tua yang
tadinya diberikan kepada setiap anak, dengan tanpa paksaan dan ikhlas Lillahita’ala
anak-anaknya mewakafkan sebagian besar harta warisan tersebut untuk orang
tuanya. Meskipun sebenarnya para orang tua sudah menyiapkan amalan jariyah
tersebut sebelum secara merata membagikan harta warisan kepada anak-anaknya.
Aku sebagai cicit
awalnya bingung ini kok dibagi harta warisan bukannya ribut dan ribet pengen
paling banyak, malah kumpul buat bahas mau diwakafkan dalam bentuk apa nih
harta warisan nantinya. Sampai akhirnya kuberanikan bertanya dan jawaban salah
satu Bibiku membuatku mikir dan merasa bersyukur. “Harta warisan mah kalo
dibagi buat kepentingan duniawi pasti abisnya, malah gak jarang pada berantem
berebut harta orang tua. Jadi ya mending kaya gini, toh itu juga harta dari
orang tua, anak-anaknya udah lebih dari cukup dibesarin, dididik dan disekolahin
sampai jenjang tinggi. Alhamdulillah, bahkan diantar sampai menjemput
kesuksesan dalam hidup. Biar orang tua kita nantinya makin banyak pahala
jariyahnya yang menemani mereka di alam kubur. Insyaallah.”
Dulu kupikir wakaf itu terbatas hanya pada tanah
untuk pemakaman, rumah ibadah ataupun sekolahan. Tapi Alhamdulillah setelah mengikuti kegiatan
kemarin aku mulai faham bahwa wakaf memiliki makna yang lebih kaffa yakni dapat
berupa segala pelayanan kemanusian yang paripurna. Mulai dari wakaf air bersih,
wakaf untuk pembangunan rumah sakit, wakaf untuk warga Palestina,wakaf
Al-Quran, bahkan sampai ke hal yang paling sederhananya adalah wakaf menanam pohon
untuk anak cucu bangsa ini.
Bersamaan dengan rasa
penasaranku mengenai wakaf, Alhamdulillah tanggal 23 Oktober kemarin aku dan
teman-teman Blogger lainnya diajak Dompet Dhuafa untuk mengunjungi salah satu
rumah sakit Di Lampung Timur yang merupakan wujud nyata dari wakaf yang
terkumpul dari masyarakat Indonesia melalui Dompet Dhuafa.
Oh
ya Dompet Dhuafa telah membangun cukup banyak rumah sakit yang berbasis dhuafa,
diantaranya:
Sebelum lebih jauh aku
bercerita tentang kegiatan di Rumah
Sakit AKA Sribhawono , kita kenalan dulu yuk dengan Dompet Dhuafa. Dompet Dhuafa adalah lembaga filantropi
Islam yang bersumber dari dana zakat, infak, sedekah dan wakaf (ZISWAF), serta
dana halal lainnya. Dompet Dhuafa mempunyai banyak program kemanusia di segala
bidang mulai dari bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan dan masih banyak lagi.
Jadi
saat kemarin ke Rumah Sakit AKA Sribhawono, Dompet Dhuafa mengajak kami untuk
semakin melek wakaf dengan segala kebermanfaatan yang telah ada. Setiap sudut
rumah sakit ini menggambarkan banyak harapan baik para pasien yang akhirnya
terwujud dengan gerakan kemanusian ini. Yups wakaf tidak hanya bersumber dari
wakaf sosial alias wakaf aset tak bergerak namun kami diperkenalkan pula dengan
konsep wakaf produktif berupa uang
yang nantinya disalurkan untuk pembuatan rumah sakit, sekolah dan prasarana
lainnya yang berguna buat umat.
Bayangin
deh, bahkan di Dompet Dhuafa ini kita bisa wakaf seharga sepuluh ribu. Wakaf yang
sangat mudah diikuti oleh para milenial negeri ini. Dompet Dhuafa selaku media
penggerak wakaf produktif memang sengaja menjangkau kaum milenial karena
ternyata penggiat media sosial yang paling banyak adalah anak-anak milenial. Itu
artinya literasi wakaf bisa tersebar ke seluruh pelosok dan bisa mensukseskan
program Wake Up Wakaf sejuta wakif.
Dengan
melirik kaum milenial dan pemanfaatan teknologi, potensi transaksi donasi digital
naik drastis dari 2400 pada September 2018 menjadi 8600 pada September 2019. Bayangin,
meski yang didonasikan sepuluh ribu tapi cakupannya lebih banyak maka transaksi
donasi di tahun ini lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya. Tujuan lain Dompet
Dhuafa merangkul kaum milenial adalah agar masyarakat Indonesia sejak dini sadar
wakaf dan nanti ketika mereka berada di usia produktif dalam segi ekonomi, maka
kaum milenial ini tidak ragu atau banyak mikir untuk mewakafkan sebagian
hartanya.
Dalam
diskusi kami di ruang rapat Rumah Sakit AKA Sribhawono Dompet Dhuafa kemarin,
hadir Bapak Bobby P Manulang selaku General Manager Wakaf Dompet Dhuafa, Bapak
Agus Tiono selaku Manajer Umum RS AKA
Sribhawono, Bapak Abdul Azis sebagai penerima manfaat wakaf dan beberapa
dokter serta perawat rumah sakit tersebut.
“Wakaf masih dipandang
sebagai ibadahnya orang kaya, malu bila berwakaf dengan nominal kecil, wakaf
itu bukan ibadah wajib dan alasan-alasan lain yang membuat wakaf semakin jauh
dari jangkauan masyarakat. Mari kita sama-sama mengubah pola pikir tersebut melalui
gerakan Wake Up Wakaf.” Sambut Pak
Bobby P Manulang.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan jejak, Teman. Gunakan bahasa yang baik agar silahturahmi dan diskusi kita menyenangkan. Saya pun akan berkunjung balik ke Blog kalian. Tolong untuk tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar. Terima Kasih :-)
Untuk kerja sama berupa content placement, review produk dan lain-lain bisa email ke septiakhoirunnisa24@gmail.com